OLEH : RAMADHANI AYU W.
Malam ini sangat mencekam,suara rintik
hujan makin deras membasahi dedaunan.Entah sudah berapa jam hujan membasahi
bumi.Biasanya jika hujan deras begini banjirpun tak dapat dielakkan lagi.Jika
banjir datang maka akan ada korban yang ikut bersama derasnya arus sungai .Hal
ini sangat dikhawatirkan Si Betung,Ia takut tubuhnya yang kecil terbawa arus
sungai yang deras.
Betung adalah salah satu jenis bambu
yang hidup di tepi sungai Mentari,Masih banyak jenis bambu yang lainnya yang
tinggal di tepi sungai Mentari.Ada bambu Apus,bambu Ater,bambu Andong,dan masih
banyak jenis yang lainnya.
“Betung.....ayo bangun fajar sudah
menyingsing,sebentar lagi matahari pasti bersinar cerah sekali,kau tidak mau
melewatkan itu,kan?”suara ibu membangunkan Si Betung.
“Iya
Bu,aku tak akan melewatkan seharipun cerahnya mentari,tapi hujan semalam
membuatku takut,Bu.”Jawab Betung.
“Hujan itu adalah berkah bagi semua
isi alam,lihatlah sayuran pak tani itu
terlihat segar dan berkat hujan semalam.”Jelas
ibu.
“Iya Bu,tapi jika hujannya deras kita
sering hanyut terbawa arus sungai,tanaman padi dan sayuran itu enak ya Bu
mereka ditanam jauh dari sungai jadi pasti terhindar dari banjir,tapi kita
mengapa ditanam dekat sungai?”Protes Si Betung.
“Betung anakku,kita harus belajar
memahami karena setiap tumbuhan itu punya kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.Coba kamu lihat sayuran dan tanaman padi itu.tubuh mereka kecil
dan lemah,demikian juga dengan akar mereka tentu juga lemah,coba lihat dirimu,tubuhmu
kuat,lentur,akarmu kuat jika ditiup angin badanmu tak akan patah karena lentur.”Jelas
ibu.
“Wah,aku hebat ya Bu?”Sahut Betung.
“Oh,bukan begitu, kita punya kelebihan
bukan utuk sombong,tapi kita bisa membantu menahan erosi dari pengikisan arus sungai.Jika
terjadi banjir tugas kitalah untuk menahan arus sungai.Akar kita mampu
mengawetkan tanah dan menahan longsor.”
“Wah,kita ternyata berguna ya,Bu.”
Sela Betung.
“Tentu saja setiap makhluk yang
diciptakan Tuhan pasti ada gunanya.”Lanjut ibu.
“Pagi,Betung.”Sapa Paman Bambu Apus
yang tubuhnya lebih kecil dari Betung orang sering menyebutnya bambu tali.
“Eh iya,paman pagi,pagi ini cerah
sekali ya,Paman.”Kata Si Betung.
“Mana Si Pipit sahabatmu?biasanya
pagi-pagi begini sudah ada di rumpunmu,dan membawa berita yang menarik.”Lanjut
paman.
Tiba-tiba dari kejauhan terlihat pipit
terbang menuju rumpun Betung.Hati Betung bahagia sekali melihat sahabatnya
pipit datang menghampiri.
“Pagi,sahabatku Betung,”Sapa Pipit
mendahului Betung.
“Pagi,mengapa kau agak siang
mengunjungiku,biasanya pagi-pagi sudah menikmati mentari bersamaku,aku rindu
suaramu.”Rengek Betung.
“Maaf Betung Tadi malam tidurku agak
terganggu,sarangku basah jadi aku tidak bisa tidur.”Jawab Pipit sedih.
“Wah,pasti sarangmu ada yang
bocor,segera perbaiki,ambillah daun dan rantingku yang kering dan segeralah
perbaiki sarangmu,Pipit.”Usul Betung.
“He...he...aku jadi malu,dulu saat aku
membuat sarang pertama kali juga minta daun dan rantingmu,sekarang minta daun
dan rantingmu lagi,aku jadi malu...”Jawab Pipit.
“Kita kan sahabat,sudah seharusnya
kita saling tolong menolong,kamu selalu menolongku jika aku mau tau tentang
sesuatu yang tidak pernah aku tau,kamu selalu memberi aku ilmu yang tidak
pernah ku lihat sendiri.”Jawab Betung.
“Ya,...itu karena aku bisa terbang
kemana-mana dan bisa melihat dan bisa memberi penjelasan yang kamu minta,hanya
itu yang bisa aku lakukan untukmu,Betung.”Jawab Pipit.
“Bagiku,itu adalah hal yang sangat
menyenangkan,setiap hari kamu selalu membawa cerita yang istimewa,sama halnya
dengan sahabat kita tikus tanah,dimana dia ya..?sahabat kita yang satu itu
sering melakukan hal-hal yang berbahaya,aku jadi khawatir,jangan-jangan masuk
perangkap pak tani.”Lanjut Betung.
“Mudah-mudahan,tak terjadi apa-apa
pada sahabat kita Si Tikus.”Jawab Pipit.
Tiba-tiba pembicaraan mereka berhenti
saat melihat di kejauhan seorang petani berjalan ke arah rumpun Si
Betung.Betung menyarankan Pipit untuk segera pergi demi keamanannya.Ketika
petani sampai di rumpun Si Betung betapa kagetnya Si Betung saat tubuhnya di
potong Pak Tani dan dibawa ke pondoknya.Ibunya Betung tak kalah kagetnya
melihat Si Betung di bawa pak Tani,hatinya sedih,mengapa bukan aku yang diambil
karena aku lebih tua dari Betung,demikian jeritan ibu Si Betung.
Pipit tak kalah sedihnya mendengar
cerita ibu Betung .Pipit merasa kehilangan yang amat sangat,sahabat yang selama
ini menemaninya,menjadi pendengar setianya kini entah dimana.Pipit berusaha
mencari Si Tikus tanah dan ingin menceritakan nasib yang dialami Si Betung.
“Tikus...!Jerit pipit di depan sarang
Si Tikus.
“Ada apa...”Tiba-tiba tikus muncul di
hadapan pipit yang terlihat sangat sedih.
“Sahabat kita Si Betung telah dipotong
pak Tani,aduh...gimana ini Tikus,aku tak rela sahabatku ditebang dan di
belah-belah sama pak Tani.”Protes pipit terengah-engah.
“Kamu ini lucu,itu memang suratannya
Betung,ia adalah seruas bambu yang manfaatnya untuk kebutuhan para petani
itu,untuk pagar,dinding rumah,penopang tanaman dan masih banyak lagi yang
lainnya,lho itu wajar.”Jawab Tikus santai.
“Jadi kamu senang lihat teman kita
ditebang petani,keterlaluan kamu!”Hardik Pipit kecewa.
“He...he,bukan begitu,aku menjelaskan
itulah hal yang sebenarnya,aku juga sedih kalau kehilangan sahabat,tapi jangan
lupa kita hidup punya jalan masing-masing,dan Si Betung jalan hidupnya memang
untuk dimanfaatkan petani.Begini saja bagaimana kita cari Si Betung lalu kita
lihat keadaannya.”Usul tikus.
“Ya...ya aku setuju,tapi kita tetap
berhati-hati karena siang hari sangat berbahaya bagimu berkeliaran.”Nasehat
Pipit.
“Tentu dong.”Jawab Tikus.
Akhirnya Pipit dan Tikus sepakat untuk
mencari Si Betung ke pondok Pak Tani,mereka ingin memastikan keadaan Si
Betung.Pipit terbang berputar-putar di sekitar pondok pak Tani tapi tak ia
temukan tubuh Betung yang selama ini menjadi sahabatnya.Demikian juga Si Tikus
berputar-putar di sekitar dapur dan halaman Pak Tani tapi Tikuspun tak
menemukan apa-apa.Akhirnya Pipit menghampiri Tikus di pojok halaman Pak Tani,
menanyakan penemuannya,tapi tikus menggeleng.
“Hai.....,teman-teman kalian mengapa
siang-siang begini berkeliaran di sekitar pondok Pak Tani?ini
berbahaya...!”Terdengar suara yang selama ini sangat mereka kenal,yaitu Si
Betung,tapi dimana?Tikus dan Pipit mencari asal suara itu,dan betapa
terkejutnya Tikus dan Pipit Saat mengetahui suara itu berasal dari seruas bambu
yang jelek dan pendek yang ada di tumpukan sampah pak Tani dan nampaknya
tumpukan sampah itu siap dibakar oleh pak tani.
“Betung......!kau kah itu?”Tikus dan
Pipit berteriak hampir bersamaan.
“Kalian tidak mengenalku lagi
ya?memang beginilah nasibku,setelah bagian tubuhku yang bagus dimanfaatkan Pak
Tani maka bagian tubuhku yang jelek ini akan berakhir di pembakaran sampah,tapi
aku tak kecewa karena aku hidup bermaanfaat bagi manusia,untuk itulah kami
diciptakan.”Jelas Betung sabar,Pipit meneteskan air mata melihat keikhlasan
Betung.
“Andai saja manusia tau,bahwa setiap
makhluk tuhan punya perasaan,”Bisik Pipit.
“Ada apa Pipit,kamu ingat keluargamu
yang sering di buru anak-anak nakal itu sehingga Bibi putih dan adikmu mati
kena ketapel mereka.”Tebak Tikus.
“Iya,padahal kami kan burung-burung
sangat bermanfaat bagi petani, bangsa kami memakan ulat-ulat yang jadi hama
bagi mereka,memang sih Pipit sepertiku sering makan padi pak Tani,tapi
jumlahnya tak banyak,dibanding kamu Tikus yang selalu mencuri di kebun pak tani
bahkan makanan di dapurpun kamu curi.”Protes Pipit.
“Eh,jangan salah,Betung tadi bilang
setiap makhluk tuhan diciptakan ada manfaatnya,termasuk aku.”Tikus membela
diri,sementara Betung hanya diam melihat kedua sahabatnya berdebat kayak
anggota DPR aja.
“Manfaat apa?kamu kan Cuma bisa
mencuri...”Ejek Pipit.
“Dengarkan baik-baik ya,kami
diciptakan memang untuk tugas seperti itu,dengan adanya serangan kami,maka para
petani itu akan selalu waspada,teliti dalam segala hal,dan ulet dalam
berusaha,disiplin sebab kalau ceroboh maka akan kami serang,misalnya,mereka
harus menyimpan makanan dengan rapi,bersih dan tertutup rapat,kalau tidak maka
akan kami habisi.......ha...ha..”jelas Tikus Bangga.
“Uh,dasar Tikus,tapi itu ada benarnya
sih.”Jawab Pipit mengalah.
“Aduh,sebenarnya kalian kesini mau
berdebat atau melihat keadaanku.”Betung mengingatkan.
“Iya Betung,kami merindukanmu,dan kami
tidak ingin berpisah dengan sahabat sebaik kamu,tapi apa yang bisa kami lakukan
ternyata tubuhmu,hanya tinggal seruas saja itupun bagian yang terjelek dari
kamu.”Kata Pipit.
“Bagaimana caranya agar aku malam ini
tidak di bakar pak Tani,itulah yang harus kalian pikirkan,aku tak ingin nasibku
berakhir di pembakaran,tolonglah tikus,percayalah jika kalian bisa menolongku
maka kita akan tetap bersama lagi walaupun tubuhku tinggal seruas.”Pinta Betung
pada sahabatnya.
“Maksudmu kamu akan hidup?bagaimana
caranya?Tubuhmu sekecil ini?”Tanya Tikus heran bercampur bahagia.
“Sudahlah ayo pikirkan bagaimana caranya,”Pinta
Betung memelas.
Mereka terdiam,memikirkan cara
menyelamatkan Betung agar tidak terbakar bersama sampah Pak Tani.Dengan badan
sekecil Tikus dan Pipit rasanya tak mungkin mengangkat bambu walaupun hanya
seruas.
Hari
beranjak sore,tapi mereka nampaknya belum mendapat cara untuk menolong
Betung.Pipit tak dapat berbuat apa-apa ia pulang ke sarangnya karena jika hari
akan malam mata pipit tak dapat melihat dengan jelas,tapi ia tak bisa
meninggalkan Betung.Ia pun bersembunyi di balik pepohonan.
Betung
mulai cemas,karena tikuspun tiba-tiba pergi setelah melihat petani pulang dari
ladang.Ia hanya bisa berdoa pada yang kuasa agar terbebas dari pembakaran.
“Ya,Tuhan.....tolong
selamatkan aku,aku tidak mau dibakar.”Betung berdoa dengan lirih berulang-ulang.
Dari
jauh Pipit terus mengawasi Betung,hatinya terasa perih,Ia tak dapat melakukan
apa-apa untuk sahabatnya,ia selalu berdoa agar keajaiban datang.
“Apa
yang akan terjadi,pasti sebentar lagi Pak Tani membawa obor dan membakar sampah
itu,lalu aku akan kehilangan sahabat setiaku untuk selamanya.”Pipit semakin
cemas.
Saat
hari mulai gelap,tiba-tiba datanglah berpuluh-puluh tikus menghampiri Si
Betung,mereka beramai-ramai menggeser tubuh Betung secara perlahan tapi
pasti.Pipit berteriak kegirangan hingga jatuh dari ranting yang ia hinggapi,ia
bangun sambil meringis kesakitan dan berusaha mencari jalan pulang karena
matannya tak mampu melihat lagi.
“Ku
serahkan nasib sahabatku,padamu,hai....sahabatku Tikus.”Bisik Pipit dalam hati.
Perlahan
tubuh Betung menjauh dari pondok Pak Tani dengan bantuan Tikus dan
teman-temannya.Tikus-tikus itu pun beristirahat sejenak saat sudah agak jauh
dari pondok Pak Tani.
“Terima
kasih sahabatku,pertolonganmu akan aku kenang selamanya.”Ucap Betung bahagia.
“Ah,biasa
aja,kali...He...he..,sahabatkan saling bantu,oh iya tapi kamu mau kami bawa
kemana?”Tanya Tikus.
“Oh
iya,tolong bawa aku ke dekat rumpun ibuku nanti setibanya di sana akan aku
jelaskan permintaanku selanjutnya.”Jawab Betung.
“Hah....masih
ada permintaan lanjutan.....”Tikus pura-pura kaget.
“Ayo
dong,kamu kan sahabat yang paling baik...”Rayu Betung.
“Pasti...,ayo
kita lanjutkan perjalanan,dan tetap waspada.”Tikus memberi komando agar
teman-temannya menyelesaikan pekerjaan mereka menolong Si Betung.
Setibanya
di tepi sungai betapa kagetnya keluarga Si Betung melihat Betung kembali walau
hanya seruas saja.Dan atas permintaan Betung dan ibunya Tikus dan
teman-temannya malam itu juga menggali lubang tak jauh dari rumpun ibunya lalu
Betung yang tinggal seruas itupun ditanam di sana.Mereka berharap Betung akan
hidup dengan tunas yang baru,hidup baru dan memiliki rumpun yang baru,karena
bambu walaupun hanya seruas selagi ada tunas di ruasnya maka akan tetap hidup
jika ditanam.
Hari
demi hari pun berlalu,kini Betung telah tumbuh menjadi rumpun baru.Pipit dan
Tikus selalu mengunjungi Si Betung.Pipit tak bosan-bosan membawa berita baru
untuk Betung.Tikuspun tak mau ketinggalan,ketiganya semakin akrab
saja.Perahabatan alam yang tiada batas.Hidup ini memang indah,apa lagi jika
kita mempunyai sahabat-sahabat yang selalu memberikam hatinya untuk selalu
berbagi pada sesama.sehingga keikhlasan akan selalu ada hadir diantara para
sahabat setia.
**********
Sekian dari Ayu untuk sahabat yang selalu ada untukku.***********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar