Surat Kecil Dari Mama
oleh Ramadhani Ayu Wiguna
Pagi ini sangat cerah, tapi hatiku tak secerah pagi ini,
karena aku sendirian dan mamaku tidak ada di rumah karena mama selalu ada
urusan pekerjaan. Semenjak
papa meninggal mama jadi sering meninggalkan aku sendirian di rumah, meskipun
begitu mama sering menuliskan surat kecil yang berisi pesan-pesan dari mama dan
kue-kue lezat yang dibuat mama untukku sebagai teman saat aku belajar,tapi
bagiku itu tetaplah tidak bisa menggantikan sosok mama bagiku.
Aku
sangat iri dengan teman-temanku yang berangkat sekolah diantar mamanya,pulang
diantar mamanya.Ah mama adakah waktu mama untuk ku?Terkadang rasa kesal selalu
aku pendam dalam hati.
”kkrrriiiinnnnngggggg”, bel berbunyi waktunya
aku masuk ke kelas setelah aku melamun di depan kelas.Di kelas suasananya
sangat ramai, akupun ceria seceria teman-temanku. Pak agus menyampaikan
pesan kepada anak-anak.
”Anak-anak
besok senin akan ada ulangan,kalian sudah tau kan?kalian harus belajar yang
giat ya.”Pesan pak Agus.
“krriiinnnnggggg”,waktu
pulang yang diinginkan anak-anak pun telah tiba.Aku harus segera pulang untuk
mengantarkan kue langganan mama.Tapi
saat aku tiba telah di rumah ternyata ada surat kecil dari mama yang tertulis.
“Prisila sayang maafkan mama ya, mama mengantarkan
kue pesanan,mungkin mama akan pulang agak malam,oh iya kata temen kamu besok senin kamu mau ulangan
ya?sholat
dhuhur dulu,makan dan jangan lupa belajar ya. Selamat belajar dan semoga kue
ini menjadi teman saat kamu belajar ya, mama akan selalu mendoakan kamu
prisila.mama akanselalu berusaha untuk menemani hari-harimu,sekali lagi belajar
yang sungguh-sungguh ya sayang,doa mama selalu menyertaimu,tetap semangat.”
Dari mama yang selalu mencintaimu
“uh……,lagi-lagi surat,lagi-lagi
surat. Kenapa
mama gak nunggu aku pulangdulu sih,langsung bilang ke aku kan bias”. Aku mulai kesal, surat kecil dari mama kuremas dan kujadikan bola lalu
kulempar ke sudut ruangan.
“Tak
perlu surat,tak perlu....tak perlu...., aku tak butuh semua itu. Mama memang
tak sayang padaku. Tiap hari tak ada waktu untukku,uh.....”aku tambah geram.
Setelah sholat dhuhur aku
langsung merebahkan tubuhku di kamar tak kuhiraukan pesan mama, tak ada selera untuk
makan siang. Kue
yang dibuat mamapun tak sedikitpun aku sentuh,padahal aku tau betul kue mama
terkenal lezatnya,makanya kue buatan mama selalu habis dan selalu ada pesanan. Pokoknya soal masak dan
membuat kue mama jagonya.Aku ingin sekali menjadi jago masak seperti mama itu
sebabnya aku bercita-cita ingin menjadi shef yang terkenal. Aku tersenyum saat
berkhayal sendirian hingga tak terasa mataku terpejam. Akupun tertidur nyenyak
sambil bermimpi indah.
Tiba-tiba aku terbangun
mendengar ketukan yang keras dari pintu depan. Aku kaget ternyata aku
tertidur hingga malam tiba.Aku bergegas membukakan pintu pastilah ibu yang
pulang pikirku.
“Sila..!Prisila..!Ternyata Bi
Inah yang datang.
“Lho,kok Bi Inah,mama mana…?”Mataku
mencoba melihat sekeliling tapi tak kutemukan sosok mama.
“Sila,ayo ikut Bi Inah ya,kita
ke rumah sakit sekarang.” kata
Bi Inah tetanggaku sambil gemetar.
“Siapa yang di rumah sakit
sakit Bi?”Tanyaku.
“Mama
Mu,Sil …!”Jawab
Bi Inah
“Ada
apa dengan Mama? mama kan mengantar kue,apa mama kecelakaan?”
“Tidak
Sila, Mamamu terkena ledakan kompor gas Sil..!”kata Bi Inah.
“Apa…..?kompor gas dari
mana?Mama kan tadi mengantarkan pesanan kue?”Tanyaku bertubi-tubi.
“Ternyata Ibumu selain membuat
kue Ia juga membantu di Cateringnya Ibu Jamilah untuk mendapat uang tambahan
Sil, makanya
ibumu selalu sibuk.Ibumu bilang ingin mempersiapkan biaya untuk kamu ke SMP
nanti Sil, ibumu
bekerja sangat keras semuanya untuk kamu Sil.Saat ibumu membantu memasak
tiba-tiba kompor gas di dapur Bu Jamilah meledak. Ibumu salah satu
korbannya.Tadi Ibu Jamilah menelepon Bibi,ayo kita lihat ibumu sekarang.”ajak Bi Inah.
“Baiklah
Bi Inah,aku ke kamar sebentar.”Ujarku sambil melangkah menuju kamar. Terbayang
betapa sakitnya saat mama terkena ledakan kompor gas. Badanku terasa
lemah, semua tulangku terasa nyeri. Ku ambil gulungan kertas di pojok
ruangan,ku buka dan kuperbaiki kertas yang tadi aku remas-remas. Ku baca
tulisan yang ada di surat kecil itu. Tak terasa airmata mengalir dengan
sendirinya, ku dekap surat kecil dari mama, kuraih kue yang disiapkan mama
untukku dengan sejuta cinta di dalamnya, perlahan kumasukkan kue itu ke dalam mulutku.aku
menangis sejadi-jadinya entah apa rasanya
sambil menangis semua kue yang disiapkan mama kuhabiskan semuanya.
“Mama..........!Maafkan
aku....!”jeritku histeris.
“Ya tuhan,ini semua
kesalahanku,aku tak menjalankan nasehat mama,surat kecil dari mama siang tadi
aku abaikan, Tuhan…hukum
aku sajaJangan biarkan mamaku menderita.”bisikku dalam hati.
“Ayo
Nak,sudahlah...kita doakan saja mamamu tidak parah,ayo Sil..!ikut ibu ke rumah
sakit’. Tiba-tiba Bi Inah meraih tangan ku dan mencoba mengajak aku berdiri.Aku
hanya mengikuti ajakan Bi Inah,rasa sesal memenuhi benakku.
Saat tiba di rumah sakitm Aku
hanya terpaku melihat mama terbaring lemah,rasa sesak memenuhi dadaku.Surat
kecil dari mama ku gengam erat seakan menggenggam tangan mama dan tak akan ku
lepaskan.
“Mama...!”bisikku,airmata
kembali mengalir tanpa henti.
Mama,aku
baru sadar bahwa aku sangat menyayangimu,jika saja ayah masih ada hal ini tak mungkin terjadi.mama tak akan
bekerja keras untuk kehidupan kami. Tapi tak pernah ku dengar keluhan mama
sedikitpun, apapun kesusahan yang kami alami tak pernah menyurutkan semangat
hidupnya. Mama selalu menghadapi kesulitan dengan
senyuman.
Sudah
dua jam kami menunggu di luar kamar, tapi tetap saja belum diijinkan untuk bertemu mama.Entah
apa yang terjadi pada mama,rasa cemas mulai menghantuiku. Apakah mama mengalami
luka yang sangat parah hingga tak diperbolehkan bertemu dengan siapapun.
“Bi
Inah,ada apa dengan Mama?Mengapa dari tadi kita tidak boleh menemui Mama
Bi?”Tanyaku penuh curiga.
“Bi
Inah ini Prisila ya Bi?”Sapa seorang
perempuan setengah baya yang baru saja menghampiri kami.
“Iya
Bu,oh iya Sil,ini Bu Jamilah yang punya catering tempat Mamamu bekerja.
“Sil,mamamu tak apa-apa hanya
saja ibumu belum sadar, itu
karena ibumu terlalu terkejut dengan kejadian ledakan tadi.”jelas ibu Jamilah
pada kami.
“Syukurlah,semoga saja mama
tetap sabar,”Bisikku dalam hati.
Setelah satu jam kami
menunggu,akhirnya dokter mengizinkan kami melihat mama,hatiku
berdebar-debar,haru,senang,sedih,menyesal semua jadi satu.
“Mama…!”Bisikku lirih di
telinga mama.
LIdahku kelu,tenggorokanku
terasaserak.tak mampu mengucapkan kata-kata.Mama nampaknya mengerti apa yang
aku rasakan.Mama memegang wajahku lalu di dekatkan ke wajahnya sambil
memberikan senyuman terindahnya.Airmataku semakin deras.
“Sila sayang jangan takut,mama
tidak apa-apa. Mama
sayang Prisilia”. Bisik
mama sambil menguap airmataku. Aku
beruaha tersenyum dalam tangisku.
“Mama… kau memang segalanya
bagiku,kaulah idolaku,mama…ternyata benar kata pepatah,kasih mama sepanjang
masa,Mama aku akan selalu menjadikanmu idolaku sepanjang masa,dan aku akan selalu
berbakti padamu mama,semoga mama cepat sembuh.”bisikku dalam hati.
“Sila…,tenang saja,ibumu cuma
luka ringan,kita doakan saja ya,semoga ibumu cepat sembuh,ibumu adalah wanita
yang kuat.”kata Bu Jamilah dan akupun mengangguk pelan.
“Kita tunggu mama di luar
ya,agar mama dapat beristirahat!”ajak Bi INah sambil menggandeng tangan ku
menuju keluar ruangan.
“Mama..,Bu Milah benar Ma,kau
memang Wanita tangguh aku bangga padamu.terima kasih tuhan telah memberikan ibu
yang sempurna untukku,Amin.”bisikku dalam hati sambil terus memandangi mama dari jendela.
“Selamat istirahat mama,semoga
cepat sembuh,aku akan selalu ada untukmu.Karena kaulah idolaku”bisikku sambil
memeluk erat surat kecil dari mama.
Sekian dari Ayu
,salam manis untuk semua mama yang tangguh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar